
Remaja merupakan penerus bangsa yang harus dibimbing demi kemajuan negara ini. Tetapi banyak remaja yang labil atau di bawah umur sudah memiliki hasrat negatif karena mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Adapun istilah pada zaman milenial saat ini ialah dua lawan jenis yang mempunyai hubungan lebih dari teman yaitu pacaran. Istilah inilah yang membuat kebanyakan remaja ingin melakukan hal-hal negatif yang seharusnya tidak mereka lakukan.
Pergaulan di era digital sekarang sudahlah sangat brutal dan tidak memandang tingkatan. Dulu mungkin yang rentan terkena pergaulan bebas hanyalah dari kalangan remaja SMP-SMA saja, namun sekarang anak Sekolah Dasar sudah terkena dampaknya virus kenakalan remaja. Misal, maaf berhubungan intim bukan dengan pasangan yang sah, miras, dan obat-obatan terlarang mereka sudah kenal. Namun, yang sangat disayangkan lagi ialah hal-hal semacam itu di anggap remeh dan biasa saja sehingga yang tadinya sekedar tau sampai bisa dirasakan, yang tandinya materi menjadi aksi.
Melihat lingkungan yang kurang sehat saat ini serta maraknya pergaulan bebas masa kini yang dimana pergaulan yang merusak perempuan, merusak mental, bukan lagi hal yang jarang. Hampir sering terdengar di gendang telinga. Kepolosan tiada lagi tampak di wajah mereka.
Tentu kita tahu, anak-anak dan remaja adalah bibit unggul negara, generasi penerus bangsa yang harus diperhatikan dan sangat butuh bimbingan yang positif. Namun, apalah daya sekarang kemajuan teknologi salah dipergunakan sehingga banyak konten-konten yang menjerumuskan ke hal negatif. Maka sangat perlu diperhatikan pengawasan orang tua ketika anak memegang handphone, siapa teman bergaulnya, dan di lingkungan mana dia berada. Karena, lingkungannya dan apa yang ia lihat akan membentuk karakter, sikap, dan prilaku.
Tidak lupa orang tua harus menanamkan nilai-nilai agama sejak dini agar anak berpegang teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki managemen hidup yang teratur untuk masa depan yang lebih bermanfaat untuk bangsa dan negara. Tak lupa mencontohkan hal-hal yang positif juga, karena anak ibaratkan lembar kosong yang akan di isi pengalaman-pengalaman yang kelak menjadi kebiasaan.
Penulis : Nugroho Aji Saputro